Peringatan Maulid Nabi Saw. sudah menjadi tradisi di kalangan mayoritas muslim Indonesia bahkan Pemerintahpun melaksanakannya setiap tahun di masjid istiqlal. Terlepas dari pro kontra boleh dan tidaknya dilkukan, perlu kita pahami bahwa Nabi Saw. adalah uswatun hasanah yang harus kita teladani secara cerdas. Meneladani secara cerdas mengandung makna bahwa kita bukan sekedar meniru apa yang dilakukan dan meninggalkan apa yang tidak beliau lakukan, tetapi lebih dari itu kita harus mengambil intisari dari apa yang beliau lakukan kemudian kita teladani dalam kehidupan.
Apa yang dilakukan Rasul Saw. boleh jadi itulah yang terbaik pada saat itu tetapi ada yang baru yang sekarang lebih baik dari pada saat itu. Sebaliknya banyak hal yang tidak dilakukan oleh Nabi belum tentu karena tidak baik, tetapi karena belum ada motif untuk melakukannya. Ketika Nabi menafsirkan ayat: wa a'iddu lakum mastatho'tum bil quwwah, beliau menafsirkan dengan "memanah". Apakah sekarang tetap ditafsirkan "memanah" tentu tidak seperti itu. Bisa dengan "nuklir", senjata perang canggih lainnya. Bahkan secara ma'nawi negara kita menafsirkan dengan "Persatuan dan Kesatuan" (senjata terampuh negara kita versi tentara). Ini contoh meneladani dengan cerdas. Dengan kata lain ummat yang cerdas meneladani dengan "mata hati dan akal", sebaliknya tidak meneladani dengan "mata kepala dan hanya amal tanpa akal". Wallahu a'lam. (diambil dari sari pengajian Quraish Shihab di Mesir) Video bisa dicari di youtube.
Apa yang dilakukan Rasul Saw. boleh jadi itulah yang terbaik pada saat itu tetapi ada yang baru yang sekarang lebih baik dari pada saat itu. Sebaliknya banyak hal yang tidak dilakukan oleh Nabi belum tentu karena tidak baik, tetapi karena belum ada motif untuk melakukannya. Ketika Nabi menafsirkan ayat: wa a'iddu lakum mastatho'tum bil quwwah, beliau menafsirkan dengan "memanah". Apakah sekarang tetap ditafsirkan "memanah" tentu tidak seperti itu. Bisa dengan "nuklir", senjata perang canggih lainnya. Bahkan secara ma'nawi negara kita menafsirkan dengan "Persatuan dan Kesatuan" (senjata terampuh negara kita versi tentara). Ini contoh meneladani dengan cerdas. Dengan kata lain ummat yang cerdas meneladani dengan "mata hati dan akal", sebaliknya tidak meneladani dengan "mata kepala dan hanya amal tanpa akal". Wallahu a'lam. (diambil dari sari pengajian Quraish Shihab di Mesir) Video bisa dicari di youtube.